Pendekatan Context Driven Testing
Memahami Konteks di Dunia Testing: Kisah Sukses Moolya dengan Pendekatan Context Driven Testing
Salam,
Kali ini, kita akan ngobrol santai seputar salah satu jurus di dunia software testing.
Pernah dengar tentang Context Driven Testing (CDT)? Kalau belum, tenang aja, karena kita bakal kupas tuntas tentang pendekatan keren ini yang ternyata sudah diimplementasikan dengan sukses di perusahaan bernama Moolya yang gw dapet dari nonton dua youtube video, link sumbernya akan gw cantumkan di akhir tulisan ini ya, sabar :)
Apa Itu Context Driven Testing?
Nah, sebelum kita masuk lebih jauh, mari kita bahas dulu nih, apa sih Context Driven Testing itu? Singkatnya, CDT itu fokusnya ke penggunaan tools yang sesuai dengan konteks dalam sebuah proyek testing. Ibaratnya seperti tukang kebun yang punya berbagai alat untuk memangkas, memotong, menebang pohon
Makanya kita sebagai software tester itu jangan hanya sekedar mengejar bugs, tapi lebih ke memahami 'kenapa' dan 'bagaimana' bugs itu bisa muncul, biar kita bisa mencegah bugs itu lahir. Caranya? Dengan bertanya dan menggali informasi - kayak detektif gitu deh!
Sedikit ringkasan dari Poin utama Context-Driven Testing itu:
Apa yang bagus tergantung situasinya.
Ga ada cara "paling bener", semua tergantung kondisi.
Tim yang solid itu penting banget.
Kadang proyek bisa berubah ga seperti yang kita pikir.
Produk harus bisa jawab masalah. Kalau enggak, ya gagal deh.
Ngetes software itu seru dan butuh mikir.
Buat ngetes dengan bener, tim harus kompak dan punya skill.
Filosofi Moolya dalam Mengimplementasikan CDT
Perusahaan Moolya ini, mereka bukan cuma ngomong doang lho. Mereka benar-benar menerapkan CDT dalam praktiknya (katanya :D ). Mereka menamakannya “Scaffolding” alias struktur sederhana yang digunakan untuk membantu menopang para tukang bangunan.
Salah satu kata kuncinya dari Scaffolding framework adalah proaktif! Yup, mereka nggak cuma duduk manis menunggu masalah datang, tapi mereka aktif mencari dan mencegah bugs yang kritis sebelum bikin pusing.
Nah di bawah ini adalah 4 kuadran yang menopang si CDT di Moolya:
1. Memahami Konteks (Context Understanding) Setiap cerita (user story) memiliki latar belakangnya sendiri. Saat kita berbicara tentang pengujian software, latar belakang ini disebut dengan konteks. Memahami konteks adalah langkah pertama yang harus ditempuh.
Sudut Pandang yang Harus Dipahami:
Bisnis: Apa tujuan bisnis dari fitur ini?
Produk: Bagaimana fitur ini berdampak pada keseluruhan produk?
Teknikal: Bagaimana fitur ini diimplementasikan dari sisi teknis?
Pertanyaan Kunci Sebelum Mulai:
Apa yang Anda ketahui tentang tiket ini?
Bagaimana dampak bisnisnya? Apa harapan dari fitur ini?
Bagaimana klien mengelola sebelum implementasi fitur ini?
Mengapa kita perlu mengerjakan fitur ini sekarang? Adakah halangan atau persaingan?
2. Strategi Pengujian Setelah paham konteks, saatnya merumuskan strategi. Ini perlu di test sedalem apa.
3. Eksekusi Ini saatnya beraksi menguji aplikasi! Beberapa cara mengujian yang dilakukan sama Moolya itu seperti
Session Based Test Management:
Blokir kalender tim development selama satu jam.
Hindari gangguan apapun
Mulai eksplorasi pengujian bareng-bareng, buat cari bugs sebanyak-banyaknya
Mob Testing:
Keroyokan testing nya gitu, jadi satu layar akan dilihatin rame-rame dan diuji bareng
Jalankan ini di akhir sprint atau setelah epik selesai tapi sebelum rilis
Dokumentasi:
Setelah semua selesai, buatlah catatan pengujian untuk dibagikan dengan tim
4. Mempengaruhi Stakeholders (Influencing Stakeholders) Tidak cukup hanya dengan mengerjakan. Kita juga harus berkomunikasi dengan pemangku kepentingan.
Laporan:
Buat laporan di akhir sesi testing
Apa aja yang udah di uji
Tampilkan perkembangan rilisnya gimana, aman ga
Soroti risiko yang mungkin muncul
Dengan menjalankan Scaffolding ini Moolya bisa:
Efisiensi dan Optimalisasi
Keren lagi, Moolya ini pintar banget dalam membuat rencana yang efisien dan optimal dengan sumber daya yang terbatas. Mereka tuh kayak chef jago yang bisa bikin masakan bintang lima dari bahan-bahan sederhana. Intinya, mereka nggak buang-buang waktu atau sumber daya untuk hal yang nggak penting.
Manusia Sebagai Faktor Utama
Tapi, tau nggak, sob? Yang bikin Moolya beda adalah keyakinan mereka bahwa faktor utama dalam pengembangan software itu adalah manusia. Yup, bukan kode, bukan algoritma, tapi manusia yang mengerjakannya. Jadi, mereka nggak cuma pandai dalam hal teknis, tapi juga paham betul soal pendekatan kemanusiaan.
Pentingnya Pendekatan Kemanusiaan
Para software tester di Moolya nggak cuma jago coding, tapi juga harus bisa 'merayu' alias influencing tim development. Maksudnya, mereka harus bisa mempengaruhi tim supaya semua berjalan mulus dan efektif. Bisa menekankan bugs mana yang wajib banget di fix dan mana yang masih aman dan mungkin ga ada user yang notice sih bisa kita skip.
Kesimpulan
Jadi, buat sobat yang kerja di dunia software atau pengen terjun ke dunia testing, ada banyak pelajaran berharga nih dari cara kerja Moolya. Ingat, di dunia yang serba cepat ini, nggak cukup hanya jago teknis, tapi juga harus paham manusianya. Seperti kata pepatah, teknologi berkembang, tapi manusia tetap jadi jantungnya.
Ini dia sumber videonya:
Dan juga ini: