Apa Gunanya ada QA/Software Tester itu?
Apakah kamu pernah dapet pertanyaan serupa di atas? Saya barusan dapet, dan begini jawaban saya…
Salam 👋,
Jadi begini ceritanya, pada suatu sore, disaat jam santuy dan teman-teman saya pada turun untuk sebat dulu, saya berdiri di samping temen Bule, lalu tiba-tiba dia cerita (saya terjemahin ke bahasa Indonesia langsung ya) “Bro, sekarang industru Tech Startup lagi susah funding kan, banyak yang saving cost dengan PHK karyawannya, di kantor lama saya tuh banyak QA yang kena PHK, menurut kamu kenapa korban paling banyak di QA? (dan yang berikut ini keknya lebih pas klo saya tuliskan bahasa Inggrisnya, karena saya bingung mencari padanan kata ini), Do you think testing does not add value to the product?”
Waduh kaget dong ditanya begitu, sebelum langsung jawab, saya minta dia jelasin dlu soal “value” yang dia maksud biar jawabannya sesuai konteksnya ya (kebiasaan QA nih, jangan sampe berasumsi, lebih baik minta elaborasi). Jadi yang dia maksud adalah karena QA masuk ke tim delivery (atau katakanlah tim engineering) harusnya “value” itu adalah “building feature”, dia melanjutkan “misal developer, PM, designer tuh akan bikin fitur atau improving the product, QA mau test sampe jungkir balik pun ga akan bikin produk jadi tambah bagus, klo business milih untuk ga fix itu temuan bugs-nya kan”. 😂
“Betul, dan ya gapapa juga kali”, jawaban saya yang pertama, dia tampak heran 🤔 dan menantikan kelanjutan penjelasan.
“Jadi klo value nya yang kamu maksud dinilai dari bikin fitur, kenapa ga sekalian aja pecat itu lead engineer, engineering manager, atau head of engineer. toh mereka ga bikin fitur, malah gajinya gede pula kan”, terkekeh dia.
Menjadi seorang QA atau Software Tester memang tidak terlibat secara langsung dalam membuat sebuah fitur, seperti yang dilakukan oleh developer dalam mengimplementasi requirement, tetapi:
Seorang Tester akan melakukan proses evaluasi dan menilai hasil sesungguhnya apakah fitur yang dibuat sudah layak untuk dirilis dengan cara melakukan berbagai pengujian, penelitian, penelusuran, percobaan, pertanyaan, penalaran termasuk melihat dari sudut pandang pengguna dengan berbagai persona. ~
Efek sampingnya, kadang ditemukan berbagai masalah dalam fitur/aplikasi yang bisa merusak reputasi dan kepuasan pengguna, diharapkan developer bisa memperbaiki kesalahannya, yup sebuah bugs kan lahir dari celah pada kode yang mereka buat, bukan QA yang bikin sendiri, tapi kebetulan “ketemu” aja (karena bisa jadi kelolosan juga sampe user 😅).
Jadi Intinya
QA/Software Tester berperan dalam membantu tim untuk mengerti hasil pengembangan fitur/aplikasi dan menentukan apakah hasilnya sudah sesuai harapan atau mengukur risiko dari berbagai masalah yang ditemukan yang tentunya akan sangat membantu bagi orang yang mengerjakan fitur.
Tanpa testing (dalam hal apapun), kita tidak akan bisa menilai keadaan, kita hanya bisa menduga-duga seberapa baik kualitasnya (masih teori atau harapan)
Ada analogi yang pas menurut saya, seorang tester itu seperti indikator bensin pada kendaraan, si pengemudi akan dengan mudah menentukan kapan harus mampir ke pom bensin atau lanjut melaju, tanpa indikator bensin, bisa aja si pengemudi akan mengira-ngira seberapa banyak jumlah bensin saat ini, atau berhenti lalu turun langsung mengecek sendiri. Betul kan?
Tapi jangan salah dan kepedean ya, indikator bensin pun bisa saja rusak, tak memberikan informasi yang tepat, wah bisa gawat! perbaiki lah segera agar tetap dipercaya!